Podho Dedhe: Javanese local wisdom to overcome the exposure of the Covid-19
Covid-19 or the Coronavirus eventually became a global pandemic, not just attacking the Wuhan region in China. People who are infected and who die due to exposure to the Coronavirus have not stopped until April 2020. The highest death toll lately occurred in the United States, a superpower led by President Donald Trump. It looks like Mr. Trump has failed to make America great again.
Apart from the political and economic problems caused by Covid-19, there is local wisdom of the Javanese people in Indonesia, about how they can enjoy a healthy life. The Javanese ancestors always reminded themselves and their families to do Podho Dedhe, especially in the morning after the sun's rays were enough to warm our bodies.
The elders reminded their children or grandchildren by saying Come on Podho Dedhe Ben Sehat. This means they are reminded to sunbathe. It seems that the local knowledge of the Javanese people remains relevant today, especially when we struggle to fight the Coronavirus exposure.
PM Susbandono presented his new book entitled "Anjing Hachiko" to a student in Tomohon, Indonesia. A book about the beauty of loyalty inspired by a dog in Japan.(asramalokon.blogspot.com |
That's why when we stay at home, don't just prioritize working from home, make sure to sunbathe so that we are always healthy and have good immunity, so we can avoid Covid-19 exposure.
Furthermore, PM Susbandono an author, speaker on various radio and seminars, and observer of human resources in this new article we can understand the local wisdom which is the original root Pak Sus, which is the nickname of PM Susbandono.
It was very fun reading each of Pak Sus's writings, which has inspired many people in Indonesia. I hope you will be inspired by Pak. Sus following article, so that we can fight the virus Corona with new inspiration.
It was very fun reading each of Pak Sus's writings, which has inspired many people in Indonesia. I hope you will be inspired by Pak. Sus following article, so that we can fight the virus Corona with new inspiration.
*“Ayo Podho Dedhe”*
@pmsusbandono
20 April 2020
Hari minggu lalu sekitar pukul 09.00, saya duduk di bangku di halaman belakang rumah untuk mencari sinar matahari. Sudah sebulan saya jalankan ritual berjemur diri atau _dedhe_ (Bahasa Jawa) atau _sunbathing_ (Bahasa Inggris). Itu gara-gara _pageblug_ atau wabah penyakit atau pandemik yang sedang melanda dunia. Konon, berjemur bisa membentuk vitamin D dan membangun imunitas dalam tubuh.
Bagi kami, aktivitas berjemur bukan hal baru. Eyang putri selalu menyuruh _dedhe_ bila kami sedang berlibur di rumahnya, desa Bejalen Kulon, Ambarawa. _“Ayo podho dedhe, ben sehat”._ Itu nasehat yang diucapkannya setiap pagi.
Soal _dedhe_, bapak lain lagi. Beliau punya resep khusus. _“Dedhe ojo luwih seko jam 10. Bar kui, srengngenge malah nyumelangi. Kakehan sinar ultraviolet, iso marake semaput”._ (Berjemur matahari jangan lebih dari pukul 10. Sesudah itu, matahari malah membahayakan. Terlalu banyak sinar ultraviolet bisa menyebabkan pingsan).
Entah dari mana bapak mendapat ilmu tentang ultraviolet. Beliau “hanya” guru Ilmu Alam (Fisika) di sebuah SMP Negeri di Semarang. Kalau yang berkenaan dengan Fisika, kami patuh bak kerbau dicocok hidung. Waktu itu, “kefasihan”-nya dalam menerangkan fenomena alam bagaikan saat ini kami membaca Newton atau Einstein. Beliau tak pernah salah. _“He can do no wrong”._
Satu lagi teori Fisika yang masih teringat sampai sekarang, yaitu tentang “resonansi”. Sebuah garpu tala yang bergetar mampu menggerakkan berapa pun garpu tala yang ada di dekatnya. Bahkan kemudian, masing-masing saling menguatkan. _“Itulah, ucapkan dan lakukan kebajikan. Maka orang-orang di sekitarmu akan terimbas hal yang sama”._ Begitulah beliau bertamsil ala Newton.
Pada “zaman normal” teori “pak guru Fisika”, bertahan sampai puluhan tahun. Saya ikuti apa yang beliau ucapkan. _“Pasrah bongkokan, taken for granted”._ Sampai kemudian _pageblug_ Corona melanda negeri ini.
Keadaan menjadi _chaos._ Dunia kacau balau. Begini salah, begitu salah. Yang sekarang resep, besok menjadi racun. Informasi silang selisih. Kaidah ilmu medis bisa berubah dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. _“Esuk tempe, sore dele”._
Masyarakat yang tadinya “tenang-tenang meski bisa menghanyutkan”, tiba-tiba mampu menenggelamkan. Ketidak-pastian menjadi satu-satunya yang pasti. Demikian juga dengan teori waktu berjemur.
Masyarakat yang tadinya “tenang-tenang meski bisa menghanyutkan”, tiba-tiba mampu menenggelamkan. Ketidak-pastian menjadi satu-satunya yang pasti. Demikian juga dengan teori waktu berjemur.
![]() |
Even though you can only sunbathe in the yard, just imagine yourself sunbathing on Dreamland Beach, Bali. Make sure you will choose Bali as a holiday destination after our planet is free from Covid-19. (water-sports-bali.com |
Ahli pertama setuju dengan ajaran pak guru. Belum 3 hari, ahli lain datang dengan teori berbeda. _“Paling bagus berjemur sebelum pukul 10.00”._ Ahli ketiga mengajukan kaidah soal sore hari yang penuh dengan pro-vitamin D. Itu belum usai. Masih banyak ahli dengan berbagai teori yang lain lagi. Saling mengkoreksi. Begitulah, ketidak-pastian merajalela dan berubah menjadi “kepastian baru”. _“Uncertainty becomes a new definiteness”._ (Aviv Murtadho, 2020)
Konon memang begitulah sifatnya pageblug. _“The storm demolishes the town”._ Wajar, kalau tak ada yang siap dengan malapetaka ini. Tak heran kalau tatanan masyarakat jungkir balik tak karuan.
Saat awal pandemik melanda, Badan Kesehatan Dunia, WHO, mengeluarkan fatwa bahwa masker N95 hanya wajib dipakai bagi yang bergejala saja. Tak sampai sebulan, badan yang sama mengubah kebijakan dengan drastis. Semua orang, sehat atau sakit, wajib memakai masker. Alasan disulap menjadi baru.
Yang kedua seolah lebih sahih dari yang pertama. Aneh tapi nyata, tapi itulah yang terjadi. Badai datang dalam sekejab dan semua kaget, panik, dan tertekan. Tak peduli sehebat apa pun seorang ahli, tiba-tiba menjadi gagap.
Yang kedua seolah lebih sahih dari yang pertama. Aneh tapi nyata, tapi itulah yang terjadi. Badai datang dalam sekejab dan semua kaget, panik, dan tertekan. Tak peduli sehebat apa pun seorang ahli, tiba-tiba menjadi gagap.
Ventilator pun menjadi dilematis. Semula ia menjadi alat kunci. Untuk menyelamatkan pasien yang kehabisan nafas. Setelah banyak institusi berlomba-lomba memproduksinya, tiba-tiba muncul ahli bersuara lain.
Ventilator dianggap bisa memperparah penderita. Menghilangkan dahak di sekitar paru, menjadi kata kunci baru. Sulit menentukan siapa yang benar. Itulah ciri-ciri masyarakat panik. Apa pun bisa menjadi pegangan, apa pun bisa menjerumuskan. Siapa pun bisa benar, siapa pun bisa sesat. Sekali lagi, harap maklum, ini _pageblug_, ini bencana, ini _catastrophic._
Ventilator dianggap bisa memperparah penderita. Menghilangkan dahak di sekitar paru, menjadi kata kunci baru. Sulit menentukan siapa yang benar. Itulah ciri-ciri masyarakat panik. Apa pun bisa menjadi pegangan, apa pun bisa menjerumuskan. Siapa pun bisa benar, siapa pun bisa sesat. Sekali lagi, harap maklum, ini _pageblug_, ini bencana, ini _catastrophic._
Meski teori tentang waktu berjemur matahari beraneka ragam, saya berusaha tak membuat diri bingung. Upayakan tak ikut-ikut _senewen._ Tenanglah dalam berpikir. Gunakan akal sehat. Lengkapi diri dengan informasi yang selektif, agar tak dibikin rancu teori palsu yang sedang _bejibun._
Di antara banyak berita yang beterbangan di langit, pasti ada benang merah yang dapat jadi pegangan. Jangan banyak mengeluh, jangan asal menuduh, jangan mudah _maidho,_ (asal mencela). Ingat “teori resonansi garpu tala”. Getaran negatif membuat benda-benda lain di sekitarnya bergetar negatif pula.
Di antara banyak berita yang beterbangan di langit, pasti ada benang merah yang dapat jadi pegangan. Jangan banyak mengeluh, jangan asal menuduh, jangan mudah _maidho,_ (asal mencela). Ingat “teori resonansi garpu tala”. Getaran negatif membuat benda-benda lain di sekitarnya bergetar negatif pula.
_Human history becomes more and more a race between education and catastrophe"._ (Herbert George Wells, 1899-1946 - Penulis terkenal dari Inggris, mengenai masalah sosial, sejarah, biografi)
Comments